Narendra Diaskara

Seorang laki-laki berlarian di sekitar lorong rumah sakit, masih mengenakan baju basket dari sekolahnya, ia baru saja memenangkan pertandingan basket yang sudah lama sangat ingin ia dapatkan ini. Naren kala itu berumur 17 tahun, hari yang harusnya menjadi hari yang sangat ia bahagiakan ini jadi hari duka yang tidak akan pernah ia duga pada akhirnya. Laki-laki itu masih berlarian di koridor rumah sakit, sampai langkahnya berhenti di salah satu lorong rumah sakit dimana ia melihat saudaranya tengah menangis di depan salah satu ruangan. Naren diam dulu, laki-laki itu dengan jantung bergemuruh tidak berani melangkah maju. Kakinya melemas dan rasa takut mulai menghampirinya. Naren membuang jauh-jauh pikiran buruk yang menguasai kepalanya. Dengan berat hati Naren memberanikan diri untuk mendekat ke ruangan itu. Adiknya, si bungsu menyadari kedatangannya, anak itu dengan tangis yang pecah menghampiri Naren yang masih belum mengerti situasi macam apa yang tengah ia hadapi.